MASALAH TES
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Oleh:
Amalia Rizki Putranti
Lazarus
Amalia Rizki Putranti
Lazarus
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP BUDI
UTOMO MALANG
Juni 2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya,
sehingga kita masih diberikan kenikmatan dan kelancaran dalam penulisan makalah
ini..
Shalawat
serta salam marilah kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah berhasil
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman kecahayaan seperti saat ini.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran. Di dalamnya makalah ini mengemukakan mengenai Konsep masalah
tes, diantarannya pengertian tes, persyaratan tes, dan ciri-ciri tes yang baik.
Penulis
mengucapkan banyak terima kasih pada dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran,
yang senantiasa memberikan ilmu dan pengetahuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kitik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin.
Malang,
Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang........................................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................... 2
C.
Tujuan 2
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian
Tes......................................................................................................... 3
B.
Persyaratan
Tes........................................................................................................ 4
C.
Fungsi Tes................................................................................................................ 7
D.
Jenis-Jenis Tes.......................................................................................................... 7
E.
Kelebian Dan Keurangan Jenis-Jenis Tes................................................................ 9
F.
Ciri-ciri Tes Yang Baik............................................................................................ 11
G.
Tahap-tahap Penyusunan tes................................................................................... 14
H.
Prinsip-Prinsip
Dasar dalam Penyusunan Tes Hasil Belajar.................................... 15
BAB III Penutup
A.
Simpulan.................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam pendidikan terdapat
bermacam-macam alat penilaian yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan
hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik.
Untuk melakukan evaluasi hasil mengajar dan belajar itu, seorang guru dapat
menggunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarakan (standardized test)
dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Dengan alat pengukur berupa
tes tersebut, maka guru akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar peserta
didik.
Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai
apa yang harus dinilai. Tes tersebut, jika digunakan dapat mencapai sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sebagai
alat evaluasi, tes tersebut merupakan
alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami try-out dan perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya merupakan tes
standar.
Suatu tes disebut andal (dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan
ketelitian dalam pengukuran. Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar guru
di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar siswa
dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang dilaksanakan berupa
evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).
Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalam
evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang
digunakan (formatif, sumatif, dan remedial/her) penting peranananya menentukan
prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di
sekolah dan sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan
mengembangkan tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian
mempertimbangkan hal itu maka guru harus mengetahui kriteia tes yang baik,
pedoman pengembanhan tes, dan teknik pemberian skor.
\
B. Rumusan Masalah
Ø apa yang
dimaksud dengan tes?
Ø Apa saja persyaratan sebuah tes ?
Ø Apa saja jenis-jenis tes itu?
Ø Apa kelebihan
dan kekurangan jenis tes?
Ø Bagaimanakah
ciri-ciri tes yang baik?
Ø Bagaimanakah
prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar ?
C. Tujuan
Ø Menjelaskan pengertian tes
Ø Menjelaskan persyaratan
tes
Ø Mengetahui
jenis-jenis tes
Ø Mengetahui
kelebihan dan kekurangan jenis tes
Ø Menerangkan cara memilih ciri-ciri tes yang baik
Ø Menerangkan prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil
belajar
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal
dari bahasa perancis kuno : testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan
logam-logam mulia” (maksudnya dengan mengunakan alat berupa piring itu akan
dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam (didieu tulisan arab).
Tes adalah alat untuk memperoleh
data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam
tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus
dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (
sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes
tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Pada buku psychological Testing,
Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan
standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna
mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan
bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian ada tiga hal yang
penting dalam pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran. Pemberian tes
(testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement). Kedua tes adalah
alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang.
oleh karena itu, pemberian tes sebenarnya terbatas dari segi waktu
pelaksanannya; pengetahuan dan kemampuan yang di ukur bersifat luas hampir
tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh
melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan yang mungkin
dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh
untuk menentukan cukup baik atau tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai
suatu tujuan.
B.
Persyaratan
Tes
Diilustrasikan bahwa mengukur panjang sisi meja dengan menggunakan karet
elastis yang diulur-ulur, sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya
tidak akan dapat dipercaya. Akan tetapi apabila keadaannya memang terpaksa,
yakni apabila kita harus melakukan pengukuran padahal yang ada di situ hanyalah
sehelai tali karet elatis, maka kita dapat menggunakan tali itu asalkan menggunakannya
harus mengikuti aturan tertentu, yakni tidak boleh ditarik-tarik.
Apabila situasi ini kita pindahkan kepada pelaksanaan evaluasi atau tes,
maka dapat disajikan dalam situasi berikut :
Ø Seorang guru
yang belum berpengalaman menyusun tes, mengadakan suatu tes Bahasa Indonesia.
Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa pernyataan yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap isi bacaan tersebut,
tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan saja. Di samping itu, siswa
diminta untuk mengambil beberapa kata sukar dari bacaan itu dan menerangkan
artinya. Pada waktu tes berlangsung, guru menungguinya dengan teliti dan tidak
memberi kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama. tes berjalan dengan
tertib.
Ø Seorang guru
yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan baik. Kebetulan guru ni
juga mengajar bahasa indonesia. Seperti halnya guru pertama, ia memberi sebuah
bacaan dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan. Setelah itu
diikuti dengan deretan kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa. Pada
waktu pelaksanaan tes, guru ini mendadak sakit dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tes diserahkan kepada kawannya, seorang guru muda yang baik hati.
Dibiarkannya saja anak-anak yang bercakap-cakap merundingkan jawaban pertanyaan
itu, atau anak-anak yang dengan sengaja mengeluarkan buku catatan dan
melihat-lihat isinya.
Dengan gambaran dua buah situasi tes
di atas dapat dengan cepat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan dua
contoh pelaksanaan tes yang tidak
diharapkan. Keduanya tidak akan menghasilkan informasi yang baik tentang
siswa.
Dari contoh pertama, yang kurang
baik adalah tesnya. Pertanyaannya disusun dengan kurang cermat. Para siswa
dibebaskannya untuk memilih sendiri kata-kata sukar dan menerangkannya. Dengan
demikian, akan terdapat banyak sekali variasi jawaban sehingga guru akan
menjumapai pada waktu menilai. Guru tidak dapat memperoleh gambaran tentang
tingkat kemampuan siswanya. Nilai yang diperoleh tidak dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosis maupun untuk mengisi rapor.
Dari contoh yang kedua, tes yang
disusun oleh guru sudah baik. Dengan pengarahan dari guru yakni memberikan
kata-kata sukar yang harus diterangkan oleh siswa, guru dapat memperoleh
informasi siswa mana yang sudah menguasai bahan dan siswa mana yang belum. Akan
tetapi, kesalahannya terletak pada pelaksanaan atau administrasi tes. Oleh
karena situasinya memberikan peluang kepada sisswa untuk saling menyeragamkan
jawaban, maka guru tidak dapat memperoleh gambaran siapa sebenarnya siswa yang
sudah menguasai bahan pelajaran sehingga dapat menjadi sumber informasi dan
menjual jasa kepada kawan-kawannya.
Dari contoh dan keterangan ini semua
dengan singkat dapat dikatakan bahwa sumber persyaratan tes didasarkan atas dua
hal :
1.
Menyangkut
mutu tes.
2.
Menyangkut
pengadministrasian dalam pembelajaran.
Walapun dalam melaksanakan tes sudah
diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara prosedur yang telah
ditetapkan, namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert
Sax(1980,31-42) menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
Ø Adakalanya
tes ( secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak
sengajka demikian), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan maupun pengumuman
hasil. Dalam kompetesi merebut suatu kesempatan yang pemilihannya melalui tes
mau tidak mau ada pihak yang dikalahkan dan merasa tersinggung.
Ø Tes
menimbulkan kecemasan sehingga mempeengaruhi hasil belajar yang tidak murni.
Tidak dipiungkiri bbahqa tes akan menimbulkan suasana khusus yang mengakibatkan
hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Didalam
penelitiannya Kirkland (1971) menyimpulkan bahwa:
a)
Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan
tidaknya hasil belajar
b)
Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang
lebih besar dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi
c)
Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya
mengurangi timbulnya kecemasan dalam tes
d)
Dalam kecemasan tinggi murid akan mencapai hasil baik
jika soalnya berupa ingatan, tetapi sebaliknya jika soalnya bersifat fikiran
e)
Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas
f)
Di tingkat
sekolah menengah, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki
Banyak penelitian dilakukan oleh
para ahli tentang kecemasan ini. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
bagaimanapun bebasnya suasana tes, namun tampak bahwa tastee akan berbeda jika
pertanyaan dilakukan bukan dalam suasana tes. Didalam suasana tes sering
terlihat testee yang menetupi kecemasannya dengan cara menggigit kuku,
mengetuk-ngetuk saja dan perilaku lain. Mengingat hasil tes sangat menentukan
nasib mereka untuk itulah seorang guru harus berhati-hati dalam memberikan
pertimbangan.
3)
Tes
mengategorikan siswa secara tetap
Dengan mengikuti hasil tes kadang-kadang orang men-cap
seseorang atau siswa kedalam kelompok kategorinya.
4) Tes tidak
mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang
siswa yang kurang pandai hanya melihat kalimatnya secara sepintas saja. Cara
seperti ini boleh jadi menguntungkan karena waktu yang disediakan tidak habis
terbuang
5)
Tes hanya
mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
Manusia memopunyai seperangkat sifat yang semuanya
tidak bisa diukur melalui tes. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat
manusia adakalanya lebih cocock diketahui melalui pengalaman secara cermat.
Beberapa sifat yang mungkin perlu diukur dengan berbagai instrumen yang bukan
tes.
C.
Fungsi Tes
1.
Tes Sebagai Pengukur Prestasi
a.
Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.
b. Sebagai bukti ada atau tidaknya peningkatan kemampuan peserta didik atau berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan.
2.
Tes Sebagai Motivator dalam Belajar
a.
Feed back berupa nilai penting guna meningkatkan
belajar (Thorndike, et.al.,1991)
b. Siswa akan
belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di
akhir program yang sedang ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui nilai dan
prestasi mereka.
c.
Tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik, bukan motivator intrinsik (Robert L. Ebel, 1979)
d. Teori
psikologi behaviorisme memandang bahwa hasil tes yang baik dan yang segera
diketahui oleh siswa yg bersangkutan akan menjadi pengalaman yang menyenangkan
(rewarning learning experience) dan mempunyai efek memperkuat dorongan
untuk belajar kembali.
D.
Jenis -
Jenis Tes
1.
Dari segi
bentuk pelaksanaannya
a.
Tes Tertulis
( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan
pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes
mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik
dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b.
Tes Lisan (
oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara
tatap muka antara guru dan murid.
c.
Tes
Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang
dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan
perbuatan peserta didik.
2.
Dari segi
bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
a.
Tes Essay
(uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk
pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban
tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat
untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu
pendapat dalam bahasa sendiri.
b.
Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa
dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam
bentuk, antara lain : Tes Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple
Choice), Tes Menjodohkan (Matching), dan Tes Analisa Hubungan (Relationship
Analysis)
3.
Dari segi
fungsi tes di sekolah:
a.
Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor
kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikan
dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik
adalah :Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap
unit pembelajaran, Merupakan penguatan bagi peserta didik, Merupakan usaha
perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, dan Peserta didik dapat mengetahui bagian
dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
b.
Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui
penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif
dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
c.
Tes
Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka
menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang
paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d.
Tes
Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik
dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Jenis-Jenis Tes
1.
Tes lisan
a.
Kelebihannya
antara lain:
1) Lebih dapat
menilai kepribadian dan isi pengetahuan seseorang karena dilakukan secara face
to face
2) Jika si
penjawab belum jelas, pengetes dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti
oleh si penjawab
3) Dari sikap
dan cara menjawabnya, pengetes dapat mengetahui apa yang tersirat disamping
yang tersurat
4) Pengetes
dapat mengorek isi pengetahuan seseorang sampai mendetail dan dapat mengetahui
bidang mana dari pengetahuan itu yang lebih dimiliki atau disenanginya
5)
Untuk
mengetahui kecakapan tertentu
6)
Pengetes
dapat langsung mengetahui hasilnya
b.
Kekurangannya
antara lain:
1) Jika
hubungan antara pengetes dan yang dites kurang baik, dapat mengganggu
objektivitas hasil tes
2) Sifat
penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan
3) Pribadi dan
sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan hasil yang kurang
objektif.
2.
Tes tulisan
a.
Kelebihannya
antara lain:
1)
Dapat
sekaligus menilai kelompok dalam waktu yang singkat
2)
Bagi si
penjawab ada kebebasan memilih dan cara menjawab
3) Karena
pertanyaannya sama, scope dan isi pengetahuan yang dinilai tiap-tiap orang pun
sama pula
b.
Keburukannya
antara lain:
1)
Mudah
menimbulkan kecurangan dan kepalsuan jawaban
2)
Mudah
menimbulkan spekulasi bagi orang yang akan dites
3.
Tes Essay
a.
Kebaikannya
antara lain:
1) Bagi guru,
menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama
2) Si penjawab
mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah
pikirannya
3) Melatih
mngeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur
4) Lebih
ekonomis, hemat karne tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat
soal tes
b.
Kelemahanya
antara lain:
1) Tidak atau
kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang scope-nya luas atau banyak
sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya
2) Kemungkinan
jawaban yang heterogen sifatnya menyulitkan pengetes dalam menskornya
3) Baik
buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah
menimbulkan evaluasi dan penskoran yang kurang objektif
4.
Tes objektif
a.
Kebaikannya
antara lain:
1) Dapat
digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau skope yang luas.
Pelajaran yang diberikan selama satu tahun atau dua tahun dapat dites sekaligus
2) Bagi yang
dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin karena adanya jawaban yang
tersedia
3)
Dapat
dinilai secara objektif karena kunci jawabannya telah tersedia
4) Memaksa
siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap
bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
b.
Kekurangannya
antara lain:
1) Kurang
memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya
karena anak tidak membuat kalimat
2) Memungkinkan
anak atau si penawab berbuat coba-coba (kira-kira), untung-untungan dalam
menjawabnya
3) Menyusun tes
ini tidak mudah, memrlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
4)
Kurang ekonomis
karena memakan biaya dan kertas yang banyak
Untuk menilai hasil-hasil tes objektif biasanya
dilakukan penskoran secara statistik.
F.
Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik jika
memenuhi persyaratan:
a. Bersifat
valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila
tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat
ukur yang digunakan tepat.
Ada 4 macam validitas:
1) Validitas
Isi
Yaitu untuk
mengetahui kajituan dari suatu instrumen ditinjau dari segi isi instrumen
tersebut yang dilakukan dengan jalan membandingkan isi instrumen dengan
komponen-komponen yang harus diukur.
2) Validitas
Susunan
Untuk
mengetahui apakah suatu instrumen memenuhi syarat-syarat validitas susunan atau
tidak, maka harus membandingkan susunan instrumen tersebut dengan syarat-syarat
penyusunan instrumen yang baik.
3) Validitas
Bandingan
Kejituan
suatu instrumen dilihat dari korelasinya terhadap keadaan yang sebenarnya dari
responden tersebut saat pengukuran dilakukan.
4) Validitas
Ramalan
Kejituan
dari suatu instrumen ditinjau dari kemampuan instrumen tersebut meramalkan
keadaan individu pada masa yang akan datang.
b. Bersifat
reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan
dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan
berulang-ulang memberikan hasil yang sama. Reliabilitas menunjuk kepada
ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang
berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep
reliabilitas mendasari kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal
tertentu sebagai susunan dari kelompok itu mungkin berubah karenanya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam reliabilitas adalah:
1)
Sebelum
mengadakan tes harus diperhatikan terlebih dahulu keadaan fisik dan lingkungan
di sekitar testi.
2)
Jika
korelasi mendekati satu atau kurang dari satu maka ketetapannya reliable tapi
kalau korelasi lebih dari satu maka tidak reliable
c.
Praktis atau
memiliki kepraktisan (Practibility).
Tes memiliki
sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan
memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes. Tes
yang praktis adalah tes yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mudah
dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada siswa ubtuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap
mudah oleh siswa.
2) Mudah
pemeriksaannaya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah
dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
3) Diilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga daapat diberikan atau diawali oleh
orang lain.
d.
Objektivitas
Sebuah tes
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor
subjektif yang mempengaruhi, terutama sistem skoringnya.
Apabila dikaitkaan dengan reliabilitas maka
objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan
reliablilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi
subjektifitas dari suatu tes yaitu, bentuk tes dan penilaian.
1.
Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan
memberi banyak kemungkinan kepada si penilaian untuk memberi penilaian menurut
caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan
soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang
penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes
objektivitas dari penilai, maka sistem skorsingnya dapat dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skorsing terlebih dahulu.
2.
Penilaian
Subjektivitas dari penilaian akan
dapat masuk agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang
mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa, tulisan,
bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan. Untuk menghindari atau
mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian, maka
penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman.
Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu
kontinuitas dan komprehensivitas.
a. Evaluasi
harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau
dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan
seorang siswa. Faktor kebetulan, akan sangat mengganggu hasilnya.
b. Evaluasi
harus dilakukan dengan cara komprehensif (menyeluruh) yang dimaksud dengan
evaluasi yang komprehensif di atas adalah atas berbagai segi peninjauan :
1.
Mencakup
keseluruhan materi.
2.
Mencakup
berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,aplikasi, dsb)
3. Melalui
berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan, pengamatan
insidental, dan sebagainya.
e.
Ekonomis
Tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak
dan waktu yang lama.
Namun syarat
minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan
reliable.
G.
Tahap-tahap
penyusunan tes
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun
tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
a. Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi
tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri
yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1)
Menentukan
tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta
didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti,
mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati
dan dapat di ukur.
2)
Menyusun
kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan
tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
3)
Memilih tipe
soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal
dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan
tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
4)
Merencanakan
tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba
atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal
tersebut
5) Merencanakan banyak soal
6) Merencanakan jadwal penerbitan soal
b. Penulisan soal
c.
Penelaahan
soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah
butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
d.
Pengujian
butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang
dibuat akan dibakukan.
e. Penganalisisan hasil uji coba.
f. Pengadministrasian soal
H.
Prinsip-prinsip
Pengukuran Prestasi Belajar
a. Menurut (Gronlund,1977)
1)
Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah
dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2)
Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang
representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
3)
Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yg diinginkan.
4)
Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa
agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5)
Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan
setinggi mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6)
Tes prestasi harus dapat digunakan untuk
meningkatkan belajar para anak didik.
Selain itu menurut Anas Sudjiono dalam bukunya Pengantar evaluasi
pendidikan mengemukakan ada beberapa
prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes
tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang
telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang
diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar (learning outcomes) yang telah detetapkan sesuai dengan tujuan
instruksional. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar soal tes hasil
belajar.
Kedua, butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga
dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta
didik mengikuti suatu unit pengajaran.
Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,
sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai
dengan tujuan tes itu sendiri. Untuk mengukur hasil belajar yang berupa
keterampilan mislanya, tidak tepat kalau hanya menggunakan soal-soal yang
berbentuk essay tes yang jawabannya hanya menguraikan dan bukan melakukan atau
mempraktekan sesuatu. Demikian pula untuk
mengukur kemampuan menganalisis suatu prinsip , tidak cocok jika
digunakan butir-butir soal yang berbentuk objective tes yang pada dasarnya
hanya mengungkapkan daya ingat peserta didik.
Keempat, tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan
kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pernyataan tersebut
mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan
dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes. Desain dari
placement test – (yaitu tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa
dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu) sudah barang tentu akan berbeda dengan desain
dari formative tes (yaitu tes yang digunakan untuk mencari umpan balik guna
memperbaiki proses pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi siswa) dan
summative test (yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai samapi di
mana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan
selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang
bersangkutan). Demikian pula desain ari diagnostic tes (yaitu tes yang
digunakan dengan tujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa,
seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial ekonomi siswa)
tentu akan berbeda pula dengan tiga jens tes yang telah disebutkan di atas.
Kelima, tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan.
Artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subyek
yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil
belajaar itu hendaknya memiliki keajegan hasil pengukuran yang tidak diragukan
lagi.
Keenam, tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari
informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Simpulan
Ada tiga hal
yang penting dalam pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuaran.
Pemberian tes (testing adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement).
Kedua tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang
dimiliki seseorang. Ketiga, tes
adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau
tidaknya sseorang pembalajar dalam mencapai suatu tujuan.
Sebuah tes harus sesuai dengan apa yang akan diukur sehigga dapat meberikan
informasi yang benar. Dengan kata lain sebuah tes adalah alat yang dipakai
untuk mengetahui ketercapaian keadaan yang diinginkan oleh pengetes, setelah
terlebih dahulu meberikan perlakuan yang benar terhadap objek yang di tes.
Tentuya sebuah tes harus dibuat berdasaran ketentuan-keetentuan atau prinsip
tertentu yang sesuai dengen perlakuan yag diberikan kepada objek, sehingga
informasi yang diahasilkan dapat dipercaya.
Sebuah tes
dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat faktor yakni: Valid, Reriabel,
praktis, dan objektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan.
Malang: Penerbit IKIP Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi
, Cet. 7. Jakarta: Bumi Aksara